Namaku Natasha Firachan Putri atau sering dipanggil Safira, aku dilahirkan pada tanggal 13 Januari 1997. Kata orang, angka 13 adalah angka sial. Tapi aku tak memikirkan persoalan itu. Aku hidup di dunia ini bersama kakek dan nenek. Aku memang sudah tak hidup bersama kedua orangtuaku. 5 tahun yang lalu orangtuaku memutuskan untuk berpisah, ayah menikah lagi dengan wanita yang sangat aku benci. Karena wanita itu telah menggangu ketentraman keluargaku. Wanita itu adalah sekertaris muda yang bekerja di perusahaan ayahku. Sedangkan ibuku ? Yap, ibuku telah meninggal 2 tahun yang lalu. Ibu mengalami kecelakaan setelah mengatar ku ke sekolah. Dan kini aku sudah senang hidup bersama kakek dan nenekku, walaupun aku tidak seperti teman-temanku yang dapat kasih sayang dari ibu mereka. Tapi itu tidak menggangu dalam pendidikanku selama ini. Sekarang aku telah duduk di bangku kelas 7 di SMP Central Park di Kota Semarang. Sebelumnya kami tinggal di Palembang. Berhubung Kakek mendapat tugas di Semarang, aku dan nenek pun pindah ke Semarang.
Pagi ini adalah hari pertamaku bersekolah di SMP Central Park. Sekolah yang berada di jalan Pattimura ini sudah ada di depan mata. Tak seperti sekolahku dulu yang sangat kecil dan banjir jika ada hujan. Sedangkan Sekolah yang sudah ada di depan mataku ini sangatlah memukau. Dengan tekstur eropa yang unik, juga warna cat yang beraneka ragam membuatku bertambah semangat untuk bersekolah di tempat ini. Aku mulai memasuki gedung sekolah tersebut. Aku mulai mencari letak kelas 7f, kelas baruku. Mondar-mandir aku cari kelas ini, tetapi tak ketemu juga.
“Anak baru, ya ?” tanya seorang perempuan yang dari tadi melihatiku.
“Iya ni, Daritadi aku mencari kelas 7f.” kataku.
“Bolehkan aku mengantarmu ke kelas 7f ? Aku juga anak kelas 7f.” katanya.
“Boleh, berarti kau teman sekelasku. Perkenalkan namaku Safira. Siapa namamu ?” tanyaku sambil menuju kelas 7f.
“Namaku Stevia Chorie Anthony, panggil aja aku Rieri.” katanya.
“Nama yang bagus.” ujarku.
Rieri pun diam tak membalas pembicaraanku. Akhirnya kita sudah sampai kelas 7f yang daritadi aku cari. Aku meletakkan tasku di bangku tengah yang masih kosong. Ketika aku keluar kelas, Rieri sudah tidak ada. Aku kembali ke bangkuku dan memikirkan kemana perginya si Rieri. Jam menunjukan pukul 06.55, berarti 5 menit lagi bel berbunyi. 3 menit sebelum bel berbunyi, anak-anak berlarian menuju kelas masing-masing. Kini kelas ku dipenuhi dengan wajah-wajah yang belum kukenali. Tetapi ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku, dimana Rieri ? Bel pun berbunyi dan Rieri tak ada di kelasku. Pikiranku kini terbagi menjadi dua antara pelajaran dan Rieri. Pikiranku menjadi tak konsen. Setelah bel istirahat berbunyi, aku bertanya pada teman sebelahku yang bernama Sinta.
“ Rieri dimana, ya?” ucapku.
“Rieri siapa ?” Sinta menjawabku dengan bingung.
“Rieri teman sekelas kita, kamu tak kenal ya?” balasku.
“Di kelas ini gak ada yang namanya Rieri” ucapnya sambil meninggalkan aku.
Kini aku bertambah bingung. Siapakah Rieri yang tadi pagi berkenalan denganku ? Sambil menuju kantin, aku masih saja memikirkan tentang Rieri. Apa itu hanya khayalanku ? Aku yakin bahwa Rieri menemuiku tadi pagi. Aku berusaha untuk melupakan kejadian teersebut, namun tetap saja menempel dalam pikiranku.
“Kamu kenapa, Sa? Tanya Sinta yang daritadi melihatiku.
“Gak pa kok, aku Cuma bingung aja.”
“Bingung kenapa? Apa tentang si Rieri?”
“Iya, soalnya tadi pagi aku ketemu sama anak yang namanya Rieri. Dia tadi yang mengantarku ke kelas.”
“Emang orangnya kayak gimana sih?”
“Anaknya sih cantik, putih, tinggi. Dari tampangnya pun sepertinya anak pintar.”
Krinnnggg....
Bel tua itu pun berbunyi menandakan bahwa istirahat sudah selesai. Aku dan Sinta kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran. Setelah ini adalah jam pelajarannya Pak Wan, guru matematika kami
“Aduh, aku lupa bawa buku paket matematika ni.” suara Sinta mengagetkanku.
“Barengan ama aku aja ni”
“Makasih ya , Sa.”
Tak terasa bel pulang telah berbunyi. Aku dan sinta keluar kelas bersama-sama. Kebetulan rumah kami satu arah. Kami pulang dengan angkutan kota jurusan Penggaron. Dan tak disangka pula rumah kami satu komplek. Sangat kebetulan sekali.
“Sin, aku balik dulu ya.” Kataku sambil meninggalkan Sinta di depan rumahnya.
“Ati-ati ya, Sa.” Sahutnya sambil melambaikan tangannya padaku.
Aku berjalan menuju rumahku sambil memikirkan si Rieri. Rieri tidak bisa hilang dari pikiranku. Tapi lama-kelamaan Rieri terhapuskan oleh hari-hariku.
Kini 2 tahun sudah aku bersekolah di SMP Central Park. Sekarang aku duduk di kelas 9c. Kini aku sudah tidak sekelas dengan Sinta. Namun aku tetap bercanda denganya saat istirahat. Aku pun sudah punya pacar, Dion namanya. Dia anak basket di sekolahku. Ia termasuk cowok populer di sekolah. Aku senang bisa punya pacar yang setia. Hubungan kami sudah berumur 9 bulan, waktu yang tidak pendek.
Hari ini tepat 3 tahun aku sekolah di SMP ini. Teringat masa-masa pertama ketika aku masuk SMP ini. Pikiranku pun teringat Rieri.
“Good morning, Safira!” Suara Sinta mengagetkanku.
“Ada apa sih Sin? Ngagetin aja.”
“Ih, nyapa aja gak boleh.”
“Boleh asal jangan ngagetin gitu.”
“Maaf deh ! Eh udah ngerjain tugas bahasa Indonesia?”
“Tugas yang mana?”
“Tugas yang disuruh baca indeks buku tu lho. Temenin aku ngerjain di perpustakaan yuk.”
“OMG ! Aku lupa ngerjain tugas itu. Yuk ke perpustakaan, aku juga sekalian mau buat.
Aku dan Sinta buru-buru ke perpustakaan. Disana kami langsung mencari buku yang ada indeksnya. Tak sengaja ada buku jatuh dihadapanku. Aku ambil buku tersebut dan di covernya bertuliskan “Buku Kenangan th 1996/1997”. Aku segera membuka-buka buku tersebut. Tepat di halaman 23, aku kaget dengan foto gadis cantik yang dibawahnya bertuliskan STEVIA CHORIE ANTHONY. Kenapa ada Rieri di buku ini ? Ada apa dengan Rieri? Aku mulai mencari tahu tentang Rieri. Aku mencari narasumber-narasumber yang mungkin mengetahu tentang Rieri. Hingga akhirnya aku bertanya pada Pak Dudung, penjaga sekolahku. Dia menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata Rieri sudah meninggal 15 tahun yang lalu. Dia memang murid sekolah ini. Dia diperkosa oleh satpam sekolah dan dibunuh di kamar mandi, mayatnya dikubur di taman mawar di sekolah ini. Hingga saat ini arwahnya masih sering menakut-nakuti murid disini. Dan setiap ada bunga mawar hitam pasti disitu ada Rieri.
Pagi ini adalah hari pertamaku bersekolah di SMP Central Park. Sekolah yang berada di jalan Pattimura ini sudah ada di depan mata. Tak seperti sekolahku dulu yang sangat kecil dan banjir jika ada hujan. Sedangkan Sekolah yang sudah ada di depan mataku ini sangatlah memukau. Dengan tekstur eropa yang unik, juga warna cat yang beraneka ragam membuatku bertambah semangat untuk bersekolah di tempat ini. Aku mulai memasuki gedung sekolah tersebut. Aku mulai mencari letak kelas 7f, kelas baruku. Mondar-mandir aku cari kelas ini, tetapi tak ketemu juga.
“Anak baru, ya ?” tanya seorang perempuan yang dari tadi melihatiku.
“Iya ni, Daritadi aku mencari kelas 7f.” kataku.
“Bolehkan aku mengantarmu ke kelas 7f ? Aku juga anak kelas 7f.” katanya.
“Boleh, berarti kau teman sekelasku. Perkenalkan namaku Safira. Siapa namamu ?” tanyaku sambil menuju kelas 7f.
“Namaku Stevia Chorie Anthony, panggil aja aku Rieri.” katanya.
“Nama yang bagus.” ujarku.
Rieri pun diam tak membalas pembicaraanku. Akhirnya kita sudah sampai kelas 7f yang daritadi aku cari. Aku meletakkan tasku di bangku tengah yang masih kosong. Ketika aku keluar kelas, Rieri sudah tidak ada. Aku kembali ke bangkuku dan memikirkan kemana perginya si Rieri. Jam menunjukan pukul 06.55, berarti 5 menit lagi bel berbunyi. 3 menit sebelum bel berbunyi, anak-anak berlarian menuju kelas masing-masing. Kini kelas ku dipenuhi dengan wajah-wajah yang belum kukenali. Tetapi ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku, dimana Rieri ? Bel pun berbunyi dan Rieri tak ada di kelasku. Pikiranku kini terbagi menjadi dua antara pelajaran dan Rieri. Pikiranku menjadi tak konsen. Setelah bel istirahat berbunyi, aku bertanya pada teman sebelahku yang bernama Sinta.
“ Rieri dimana, ya?” ucapku.
“Rieri siapa ?” Sinta menjawabku dengan bingung.
“Rieri teman sekelas kita, kamu tak kenal ya?” balasku.
“Di kelas ini gak ada yang namanya Rieri” ucapnya sambil meninggalkan aku.
Kini aku bertambah bingung. Siapakah Rieri yang tadi pagi berkenalan denganku ? Sambil menuju kantin, aku masih saja memikirkan tentang Rieri. Apa itu hanya khayalanku ? Aku yakin bahwa Rieri menemuiku tadi pagi. Aku berusaha untuk melupakan kejadian teersebut, namun tetap saja menempel dalam pikiranku.
“Kamu kenapa, Sa? Tanya Sinta yang daritadi melihatiku.
“Gak pa kok, aku Cuma bingung aja.”
“Bingung kenapa? Apa tentang si Rieri?”
“Iya, soalnya tadi pagi aku ketemu sama anak yang namanya Rieri. Dia tadi yang mengantarku ke kelas.”
“Emang orangnya kayak gimana sih?”
“Anaknya sih cantik, putih, tinggi. Dari tampangnya pun sepertinya anak pintar.”
Krinnnggg....
Bel tua itu pun berbunyi menandakan bahwa istirahat sudah selesai. Aku dan Sinta kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran. Setelah ini adalah jam pelajarannya Pak Wan, guru matematika kami
“Aduh, aku lupa bawa buku paket matematika ni.” suara Sinta mengagetkanku.
“Barengan ama aku aja ni”
“Makasih ya , Sa.”
Tak terasa bel pulang telah berbunyi. Aku dan sinta keluar kelas bersama-sama. Kebetulan rumah kami satu arah. Kami pulang dengan angkutan kota jurusan Penggaron. Dan tak disangka pula rumah kami satu komplek. Sangat kebetulan sekali.
“Sin, aku balik dulu ya.” Kataku sambil meninggalkan Sinta di depan rumahnya.
“Ati-ati ya, Sa.” Sahutnya sambil melambaikan tangannya padaku.
Aku berjalan menuju rumahku sambil memikirkan si Rieri. Rieri tidak bisa hilang dari pikiranku. Tapi lama-kelamaan Rieri terhapuskan oleh hari-hariku.
Kini 2 tahun sudah aku bersekolah di SMP Central Park. Sekarang aku duduk di kelas 9c. Kini aku sudah tidak sekelas dengan Sinta. Namun aku tetap bercanda denganya saat istirahat. Aku pun sudah punya pacar, Dion namanya. Dia anak basket di sekolahku. Ia termasuk cowok populer di sekolah. Aku senang bisa punya pacar yang setia. Hubungan kami sudah berumur 9 bulan, waktu yang tidak pendek.
Hari ini tepat 3 tahun aku sekolah di SMP ini. Teringat masa-masa pertama ketika aku masuk SMP ini. Pikiranku pun teringat Rieri.
“Good morning, Safira!” Suara Sinta mengagetkanku.
“Ada apa sih Sin? Ngagetin aja.”
“Ih, nyapa aja gak boleh.”
“Boleh asal jangan ngagetin gitu.”
“Maaf deh ! Eh udah ngerjain tugas bahasa Indonesia?”
“Tugas yang mana?”
“Tugas yang disuruh baca indeks buku tu lho. Temenin aku ngerjain di perpustakaan yuk.”
“OMG ! Aku lupa ngerjain tugas itu. Yuk ke perpustakaan, aku juga sekalian mau buat.
Aku dan Sinta buru-buru ke perpustakaan. Disana kami langsung mencari buku yang ada indeksnya. Tak sengaja ada buku jatuh dihadapanku. Aku ambil buku tersebut dan di covernya bertuliskan “Buku Kenangan th 1996/1997”. Aku segera membuka-buka buku tersebut. Tepat di halaman 23, aku kaget dengan foto gadis cantik yang dibawahnya bertuliskan STEVIA CHORIE ANTHONY. Kenapa ada Rieri di buku ini ? Ada apa dengan Rieri? Aku mulai mencari tahu tentang Rieri. Aku mencari narasumber-narasumber yang mungkin mengetahu tentang Rieri. Hingga akhirnya aku bertanya pada Pak Dudung, penjaga sekolahku. Dia menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata Rieri sudah meninggal 15 tahun yang lalu. Dia memang murid sekolah ini. Dia diperkosa oleh satpam sekolah dan dibunuh di kamar mandi, mayatnya dikubur di taman mawar di sekolah ini. Hingga saat ini arwahnya masih sering menakut-nakuti murid disini. Dan setiap ada bunga mawar hitam pasti disitu ada Rieri.
Posting Komentar